Monday, April 27, 2009

THE STORY OF ICIL SCHOOL… CHAPTER 9

Disarankan buat menyiapkan headset dan carilah lagu dari album ICIL dengan judul JANGAN PERNAH BERHENTI dan JUARA SEJATI. Mengingat di bagian ini ada sedikit part nyanyinya lagi… So, bisa sekalian dinyanyiin kan?!

THE STORY OF ICIL SCHOOL… CHAPTER 9

CHAPTER 9

Ding.. Dong.. Ding.. Dong..
Jam 09.00 WIB.
“Hhhh…” Oik mendesah perlahan. Sambil melangkahkan kaki mengitari kamarnya untuk yang terakhir kali, Oik mengusap semua barang yang ada di kamarnya. Ranjangnya, meja belajarnya, cerminnya…
Di sekolah ini, dulu, dia dan temen2nya mengecap asa, bahwa kelak mereka akan menggapai mimpi bersama2. Menjadi seorang bintang. Tapi sebelum semua itu tejadi, mereka semua harus puas berhenti sampai disini. Oik sedih. Semua ICIL sedih. Mereka cuman mau menggapai mimpi, tapi kenapa ada pihak yang nggak mau mengerti???
Sebentar lagi bis yang menjemput mereka, bakal datang dengan membawa para wali dan orangtua mereka. Oik menahan tangisnya. Hampir setahun dia tinggal di kamar ini. Disini, dulu dia tidur, belajar, becanda sama ICIL Cewek, curhat sama mereka… Tapi sekarang, kamar asrama ini hanya bakal menjadi kenangan.
Oik mengangkat kopernya keluar. Di luar kamar, suasana sepi senyap. Entah dimana Rahmi, Agni, Gita, Ourel, dan Cahya. Mungkin masih di kamarnya. Mungkin udah nunggu di depan. Aku nggak mau ganggu saat2 terakhir mereka di kamar masing2, batin Oik.
“Bila kau mulai lelah berjalan… Dan berfikir untuk menyerah… Nyanyikanlah lagi mimpimu… Kau akan bertahan…” Oik bersenandung lirih dengan mata berkaca2, sambil tangan kanannya mengangkat koper, dan tangan kirinya menyapu tembok. Langkahnya lunglai di sepanjang lorong asrama.
“Nyalakanlah asa di hati… harapanmu tak boleh mati…. Gapailah mimpimu… Keajaiban pasti terjadi…” sebuah suara menyambung di belakang. Oik menoleh. Disana Rahmi sedang menatap Oik dari pintu kamarnya, lalu melangkah pelan ke arah Oik. Oik tersenyum pada Rahmi.
“Gapai mimpimu… jangan pernah berhenti… sampai kau temukan, apa yang kau cari… walau jatuh bangkitlah kembali… dan lihatlah… keajaiban pasti terjadi…” kali ini Gita dan Agni yang keluar dari kamarnya, melangkahkan kakinya ke Rahmi dan Oik.
“Saatnya kau kan berdiri… melihat jejak yang kau jalani… perjuangan tawa dan airmata… tak sia2…” Cahya keluar dari kamarnya. Dia juga melangkah ke tempat Oik berdiri.
“Nyanyikanlah lagi mimpimu… agar seluruh dunia tahu… kini kau temukan… keajaiban mimpimu…” Ourel menyusul di belakang Cahya. Oik berusaha kuat menahan airmata yang membanjir di pelupuk matanya. Semua ICIL Cewek juga nggak bisa lagi membendung airmata yang terlanjur meleleh di pipi mereka. Mereka saling berangkulan erat, seakan nggak mau dipisahkan.
“Gapai mimpimu… jangan pernah berhenti… sampai kau temukan, apa yang kau cari… walau jatuh bangkitlah kembali… dan lihatlah… keajaiban pasti terjadi… Gapai mimpimu… janganlah, jangan kau berhenti… apa yang kau cari… walau jatuh… bangkitlah kembali… dan lihatlah… keajaiban pasti terjadi…” di tengah linangan airmata, ICIL Cewek susah payah menyelesaikan bait terakhir.
“Apakahku jadi juara… atau ternyata ku bukan juara… itu bukan hal yang penting… yang penting tlah kulakukan yang terbaik…” suara sambung-menyambung muncul dari belakang mereka. Mereka langsung berbalik arah ke lorong depan. Disana semua ICIL Cowok udah pada berkumpul sambil menyanyikan themesong yang sama2 diciptakan Seli Pontoh ini.
“Kalah menang itu biasa… yang penting kita punya pengalaman… kita jadi berani… hadapi apapun terjadi…” Cakka tersenyum ke ICIL Cewek sambil melangkah ke arah mereka. Tangannya menepuk2 bahu Oik.
“Juara yang sejati… akan selalu tegak berdiri… walau ternyata kalah… semangat tak boleh patah… juara yang sejati… selalu lakukan yang terbaik… apapun yang terjadi… tetaplah tegak… tegak berdiri…” koor semua ICIL Cowok guna menghibur kesedihan ICIL Cewek, ternyata cukup mampu membuat ICIL Cewek mengusap airmata mereka, dan menggantinya dengan sebuah senyuman.
“Juara yang sejati… akan selalu tegak berdiri… walau ternyata kalah… semangat tak boleh patah… juara yang sejati… selalu lakukan yang terbaik… apapun yang terjadi… apapun yang terjadi… apapun yang terjadi… tetaplah tegak… tegak berdiri…” Oik, Rahmi, Agni, Gita, Cahya dan Ourelpun ikut larut dalam gelombang suara ICIL Cowok. Dengan semangat terakhir yang mereka miliki, semua finalis ICIL sukses menyelesaikan bait terakhir JUARA SEJATI.
%%%

Ckiittt…!!!
“Ma’e!”
“Ayah!”
“Papa!”
“Mama!”
“Mamang!”
“Bapak!”
“Ibu!”
Semua ICIL sontak menghambur ke arah wali masing2 ketika bis yang menjemput mereka tiba di halaman asrama. Mereka saling melepas rindu setelah hampir setahun terpisah dari rumah.
Mereka mengucapkan salam perpisahan ke semua guru dan kepala asrama, like: Bu Ira, Bu Winda, Om Dave, Uncle Jo, Pak Duta, Bu Uci, serta Bu Okky dan Pak Oni.
“Bapak2 dan Ibu2 Guru, serta Ibu Okky dan Pak Oni selaku kepala asrama, Cakka mewakili temen2 ICIL Cowok dan Cewek, ingin mengucapkan terimakasih sebesar2nya, atas segala waktu dan kesempatan yang telah kalian berikan untuk mendidik kami menjadi calon bintang. Kami sadari, bahwa kami sudah terlalu banyak mengoleksi kesalahan, sehingga membuat semua pengajar jengkel dan geleng2 kepala akibat kelakuan kami yang memang rada2 ajaib. Untuk itu kami mohon maaf atas semua kesalahan kami. Dan kamipun sudah memaafkan Bapak/Ibu yang terlalu sering menyetrap kami, cuma gara2 kami tidur di kelas, bolos sekolah, telat berangkat, jarang mandi, jarang gosok gigi, lupa ngerjain peer, nyolong kunci jawaban ulangan, ngutil snack di kantor guru, ngebobol celengan Pak Oni, dan lain2. Untuk itu sekali lagi kami mohon maaf. Dan sebagai pamungkas, Bastian akan membawakan sebuah puisi yang sudah dia buat sejak dulu kala.” tutup Cakka sembari ngos2an. Mata guru2 mendelik ke Cakka. Cakka nyengir.
“Oia, satu lagi! Yang buat pidato ini si Bastian juga. Jadi kalo ada kesamaan nama, tokoh, dan tempat, itu hanya kebetulan semata. Hiiiii…!!! Piss!” Cakka cengengesan aja dipelototin guru2.
“Guru…” Bastian mulai berdeklamasi.
“Tanpamu… kuhanyalah seongggok daging tak berilmu…”
“Tanpamu… ku tak mampu hadapi segala tantangan hidup…”
“Tanpamu… takkan mungkin ku capai cita2ku…”
“Guru…”
“Ijinkan ku tuk sampaikan maafku…”
“Maaf yang tak sanggup kurangkaikan jika berhadapan denganmu…”
“Bagaimana mungkin kusanggup tuk menyampaikannya padamu…”
“Jika setiap hari wajahmu selalu membuatku nggak kuku…”
“Guru…”
“I’m sorry goodbye…”
“Don’t be sad…”
“Don’t missing me…”
“I love you so much…”
“Be careful…”
“We will not go down…”
“Can’t help falling in love…”
“I lay my love on you…”
“If i let you go…”
“Dear God…”
“Woi! Woi! Woi! Ngapain judul2 lagu dibawa2??!”
Bastian nyengir, lalu menutup kertas puisi di tangannya. Mukanya disetel sekeren mungkin. Kedua tangannya dimasukkan ke saku celana.
“Gimana??? Pujangga wannabe-kan Bastian???”

TUK! TUK! TOK! TOK! TOK!
Sepatu2 hak tinggi ibu2 guru mampir ke pitak Bastian. “Ooh… ternyata yang selama ini nyolong kunci jawaban, snack, sampe celengan Pak Oni tuh kalian???” Bu Okky menggosok2an kedua tinjunya ke kepala Bastian, bak Mama Shinchan yang rutin olahraga kepal tinju di rumah tiap kali Shinchan berulah.
“Am.. ampuunnn… Buuu… Khilaf…” Bastian meringis.
“Khilaf2! Tapi dilanjutin terus?!”
“Iya sih. Hehehe…” Bastian nyengir. Yang lain meringis.
Setelah berpamitan pada guru2, kini giliran antar ICIL yang saling mengucap selamat tinggal. Oik menitipkan pesan untuk Rahmi. “Rahmi, kamu jangan lupa telpon aku ya! Pokoknya kalo udah sampe Aceh, kamu harus telpon aku! Aku nggak mau kehilangan kontak sama sahabat sebaik kamu!”
Rahmi mengangguk2 setuju. “Pasti, Oik! Ntar aku langsung nyari wartel deh!”
Lalu Oik bersalaman dan menitip pesan ke Gita, Agni, Ourel dan Cahya. “Kalian juga! Jangan lupa sama aku dan Rahmi! Saling kirim kabar ya!”
“Of course!”
“Dan satu lagi, buat semua ICIL Cewek… aku minta maaf kalo aku banyak salah ya!” tutup Oik.
“Kita2 juga minta maaf ya, Oik!” seru ICIL Cewek kompak.
Kemudian Oik berjalan menuju ICIL Cowok. Disana ada Obiet yang lagi cengengesan sambil megangin rantang. “Hai, Oik! Hiiii!!!”
Oik memaksakan sebuah senyum. “Kali ini aku maafin. Lain kali nggak bakal!”
“Lah, yang mau minta maaf siapa??? Orang cuman mau balikin rantang! Nih! Bikin repot aja mesti digondol kemana2!” Obiet menyodorkan rantang tepat ke muka Oik. Terang aja Oik keki bin gondok.
Oik menerima rantang itu dengan jengkel sambil berjalan ke ICIL Cowok lainnya. Di hadapan Irsyad, Bastian, Abner, Patton, Debo, dan Olin, Oik juga ngucapin selamat tinggal dan minta maaf. “Maaf ya temen2, kalo selama ini aku banyak salah. Semoga kalian nggak lupa sama mayoret tercantik di ICIL School ini…” Oik narsis (Narsis??? Milik kita bersamaaaaa….- Sori Transtv… pinjem jargonnya bentar!). Semua nyengir.
“Kalem-kalem bisa narsis juga…” Olin terpana.
“Yang pasti satu hal bakal bikin kita2 inget Oik adalah… bubur ayamnya!” Bastian cengar-cengir kepedean.
“Bubur merah, Bocah…” Irsyad merangkul leher Bastian sambil tangan kanannya sibuk mencubiti pipi Bastian gemes.
Pas giliran Cakka, Oik juga masih berusaha bersikap biasa aja. Oke! Dia temenku! Dan aku nggak punya perasaan apa2 ke dia selain perasaan sayang sebagai temen!, tekad Oik dalam hati.
Cakka melemparkan senyum termanisnya pada Oik. Oik membalasnya. “Hai, Cak!” Oik menjabat tangan Cakka erat2.
“Makasih ya… kamu udah ada waktu temen2ku sendiri lupa sama aku. Makasih juga buat pinjeman bahunya waktu itu. Makasih buat nasihat2 dan hiburannya, walaupun nggak bisa bikin aku terhibur juga. Hehehe…” Oik berusaha becanda. Cakka ketawa. Sementara ICIL di belakang mereka berdehem2 keselek sendal jepit.
“Iya. Sama2!” tapi Cakka masih enggan melepas jabat tangan Oik. Terang aja Oik bingung.
“Mmm… Oik…” Cakka terbata.
“Ya?”
“Mmm… itu… kamu… kamu bakal balik ke sekolah asal kamu kan?! Di SD Kutowinangun?” tanya Cakka. Oik mengedikkan bahu.
“Mungkin. Aku kan bentar lagi SMP. Jadi biarpun aku balik kesitu, itu juga nggak nyampe setahun.”
“Oohh… Mmm… di Jogja… di Jogja banyak… banyak SMP bagus loh…” Cakka ngarep.
“YEEEE!!! Si Cakka! Nawarin apa demen tuuhh???” sindir ICIL Cowok kompak.
“Cerewet! Sewot aja!” Cakka masang muka jutek ke ICIL Cowok, trus berbalik mesam-mesem ke Oik.
Oik ngikik. “Kamu lucu ya! Di Salatiga juga banyak SMP bagus. Ngapain jauh2 sekolah sampe ke Jogja?! Ntar siapa yang nemenin Ma’e? Yang bantuin bikin gorengan? Trus kalo sekolah di Jogja, aku mau tinggal dimana? Aku kan nggak punya sodara di sana…”
“Tinggal di rumahku aja! Banyak kamar kosong, kok! Kalo perlu, kamarku aku siapin buat kamu! Ntar aku tidur di sofa deh!” Cakka makin cengar-cengir.
“HUUUUUUU!!! NGAREEEPPPP!” teriak ICIL Cowok yang lain, makin sebel sama Cakka yang demen banget tebar pesona.
“Aah, kamu ada2 aja sih, Cak! Semalem makan apaan?? Paginya kok aneh gini???” Oik makin bingung.
“Kayaknya sih semalem ngemil brownies yang udah jamuran gitu… Udah dibilangin masih aja ngeyel! Ya udah… gini deh akhirnya!” timpal Bastian tanpa diminta.
“Kayaknya bukan itu deh Bas, yang bikin Cakka jadi agak step hari ini. Tapi semalem aku ngeliat dia nemu bekicot di depan kamarnya. Trus tuh bekicot dibawa ke dapur. Aku pikir mau diapain. Ternyata, tuh bekicot digoreng.” Sembur Patton.
“YAIKS!” semua yang ada disitu bergidik jijik.
“Trus dimakan?!” Bastian penasaran.
“Nggak tau! Tapi yang jelas, tadi pagi waktu mau sarapan, kita2 kan belom pada bikin lauk tuh! Eh, aku nemu semacem goreng2an yang kayak belut di lemari makan, tapi kecil gitu. Aku pikir emang udah disiapin sama Pak Oni. Jadi aku suguhin aja di meja makan. Pas aku balik lagi buat sarapan, eh… tuh gorengan udah nggak ada di meja makan! Nggak tau sejak kapan ada tuyul di asrama!” jelas Patton panjang lebar.
“Ya itu dia bekicotnya!” sembur Cakka agak keki, aibnya diomongin di depan orang2.
Tenggorokan Bastian tercekat. Mukanya memerah. Matanya melotot. “Pah… Pah… ke UGD… sekarang juga…”
“Oh, ini dia tho tuyulnya!!!! Sukurin! Makan tuh Bekicot Asam Manis!” Bastian sukses dijitakin ICIL Cowok.
“Oik, mmm… boleh aku nunggu kamu?” Cakka nggak mempedulikan temen2nya yang ribut sendiri dan dengan cueknya kembali melanjutkan obrolannya dengan Oik.
“Nunggu apa?? Kita kan berangkatnya bareng2?” Oik mengerutkan keningnya, bingung.
“Yaa... nunggu ketika semua mimpi kita udah tercapai. Nunggu kita semua dewasa.”
“Bo.. boleh2 aja! Nggak ada yang ngelarang. Kamu kenapa sih, Cak? Hari ini aneh banget?! Gaya ngomongnya juga sok berfalsafah gitu…”
“Ah, enggak! Perasaan kamu aja kali! Ntar aja aku kasih tau lagi secara detil kalo kita udah gede.” Cakka masih nyimpen rahasia.
Oik menatap Cakka bingung. Matanya seakan berkata, “Kamu ngomong apa sih, Cak???”. Cakka yang ngeh akan kebingungan Oik tersebut, buru2 membisikkan sesuatu ke telinga Oik. Dibisikin gitu sama Cakka, si Oik cuman mesam-mesem aja, trus buru2 masuk ke dalam bis. (Penasaran sama apa yang dibisikkan Cakka ke Oik?! Silahkan tanya ke mereka berdua… dijamin nggak bakal dapet jawabannya! HAHAHA! Biar jadi rahasia penulis saja…).
ICIL Cewek dan Cowok yang ngeliatin pada bengong. “Cak, ada apaan seh?! Jangan main rahasia2an ngapa???” ICIL Cowok mulai mencak2.
Cakka mengedikkan bahu riang. Cengar-cengir nggak jelas gitu deehh... Untung si Cakka ganteng, jadi nyengir sesering apapun nggak bikin kita2 gemes pengen ngejitakin kayak ngejitak Bastian!
Nah, sekarang gantian Bastian yang maju buat mengucapkan salam perpisahan ke semua ICIL. Orang pertama, Cakka. “Cak, maafin Bastian yang suka nyiksa kamu. Bastian suka minjem bedcovernya Cakka. Bastian juga suka maksa Cakka nyuciin ompol2 Bastian mulu! Abisnya, kalo bukan Cakka yang nyuciin, kayaknya kurang mantap gitu dehh! Maafin ya Cak!”
“Nggak pa-pa, Bas! Kalo lagi males aku juga nggak nyuciin kok! Paling aku semprot pake obat nyamuk! Jadi bau pesingnya kesaingin sama bau obat nyamuk yang harum mewangi. Hehehe…” Cakka nyengir. Bastian shock.
Sekarang giliran ke ICIL Cowok yang tersisa. “Semuanya aja deh! Aku minta maaf karena suka minjem barang kalian, suka bermanja2, suka telmi, suka terlalu tampan dan bikin kalian iri…”
“HUUUUUUU!!! Nggak sudi ngiri sama kamu!” ICIL Cowok keki.
Sekarang giliran ke ICIL Cewek, ke empat ICIL Cewek kecuali Ourel. “Hai semuanya! Bastian minta maaf ya kalo banyak salah! Makasih buat Rahmi yang bijak sekali, Agni yang berbaik hati mau nampung Bastian waktu disakiti sama temen2 Bastian, Gita dan Cahya yang juga baik sama Bastian. Kalo kangen sama Bastian, tinggal klik di www.bastiansoganteng.natadecoco. Atau kirim surat aja, pasti Bastian bales!”
“PEDE BANGET SIIHH??? Kita2 nggak bakal kangen, tapi bakal nagih utang! Pasti langsung kita datengin! Pasar kambing kan?! Deket mah itu…” Debo teriak2. Bastian manyun.
Sekarang Ourel. “Hai, Honey!”
Ourel nyengir. “Hai, Bear!”
“Kok Bear??”
“Kan Honey Bear = beruang madu. Honey alias madunya itu aku, kamu bearnya alias beruangnya. Hihihi…” Ourel ngikik. Bastian ikutan.
“Lah, kenapa ngikik berdua?! Kapan selesainya ini halal bi halal???” Abner darah tinggi. Bastian langsung menyingkir dengan gagah berani ke dalam bis.
Lalu selanjutnya gantian Agni. Semua ICIL Cewek disalaminya. “Maafin aku ya temen2! Aku janji, kalo kita ketemu lagi, kalian pasti kaget ngeliat aku berubah jadi anak yang sholeh-sholehah!”
“HAHAHA! Kita2 juga minta maaf! Kita2 juga janji bakal jadi anak yang sholeh-sholehah!” seru Rahmi, Cahya, Gita dan Ourel bebarengan. Agni mengangguk mantap. Lalu Agni berjalan tegap ke ICIL Cowok.
“Woi! Aku minta maaf ya! Aku emang banyak salah! Aku emang nyebelin! Maafin ya!”
“Bukan nyebelin lagi! Tapi super menyebalkan!” desis Obiet.
“Apa, Biet???” Agni mendengar desisan Obiet.
“Aah.. eng.. enggak kok! Aku terima permintaan maafmu. Nggak tau deh kalo yang laen…” sahut Obiet santai.
“Aku tau, nggak mudah buat saling memaafkan. Tapi nggak ada yang bisa ngejamin suatu saat kita bakal ketemu lagi. Jadi sebelum semuanya terlambat dan aku nggak punya lagi kesempatan buat minta maaf ke kalian, aku mohon banget… MAAFIN AKU! PLIS!” Agni memohon dengan sangat. Yang lain jadi trenyuh juga.
“Oohh… Oke deh…” sahut ICIL Cowok terbata. Setelah itu Agni ke Cakka. Dijabatnya tangan Cakka erat2. “Maafin semua salahku, Cak!”
“Sama2! Aku juga minta maaf.”
“Cak…”
“Hmmm???”
“Boleh… boleh aku nunggu kamu??” tanya Agni pelan, takut2.
“Nunggu apa?” Cakka bingung.
“Ya… kayak yang kamu bilang tadi ke Oik.” Agni makin gugup. Cakka ikutan kaget.
“Mmmm… gimana ya? Mmm…”
“OHOK! OHOK! Prince Charming di antara Snow White dan Xena The Warrior Princess…” Patton keselek kulit duren.
“Mmm…” Cakka garuk2 kepala, bimbang. Matanya melirik ke Oik yang udah duduk di dalam bis dan sekarang juga tengah menatapnya dari jendela. Oik menyunggingkan senyuman untuk Cakka, lalu menganggukkan kepalanya. Tangan kanan Oik terayun, seakan mempersilahkan Cakka memberi jawaban apapun atas pertanyaan Agni. Toh, itu kan urusan dalam negeri Cakka…
“Mmm… boleh aja…” jawab Cakka akhirnya. Biarpun jawaban Cakka agak ragu dan nggantung, tapi Agni tetep tersenyum lega.
Nggak lama halal bi halal itupun berakhir (maaf untuk anak ICIL lainnya yang tidak tercantum disini… maklum, otot bahu udah nggak memungkinkan! Perlu balsem otot geliga!).
Kemudian semua ICIL dan para walinya duduk tenang di dalam bis. Sementara para guru sibuk melambaikan tangan ke bis yang akan mengantarkan para ICIL. Haru dan syahdu mengiringi keberangkatan bis ICIL menuju bandara.
Suasana di bis sepanjang perjalanan terasa menyenangkan. Pohon2 di kanan kiri jendela terlihat rindang dan teduh. Gedung2 megah menjulang membelah langit. Matahari bersinar cerah. Burung2 berkicau merdu. Lalu lintas padat merayap. Kecelakaan di tol ibukota. Satpol PP memberantas PKL-PKL. Demo terus berlangsung di Bundaran HI. Hasil Quick Count sementara Partai Omong Kosong memimpin (Lah.. lah.. lah! Kenapa jadi siaran berita?!).
Namun tiba2 sebuah lengkingan mematikan meluncur dari mulut seorang penumpang bis, dan ternyata cukup sukses membuat dunia pause dalam sepersekian detik, bibir mingkem jadi mangap, kaki rapat jadi ngangkang, mata sipit jadi belo, kulit putih jadi gosong, rambut lebat jadi botak, bla bla bla…
“Pak! Pak! Brentiiiiiiiiiiiiii!!!!!!!!!!!!!”
CKIIITTTT….!!!
“Kenapa, Bas?!”
“Mmm… itu…” Bastian menggigiti jari-jari kakinya.
“Apa???”
“JEJAK KAKI BASTIAN KETINGGALAAANNNNN!!!!!!!! AYO BALIIIIIIKKKKKKK!!!”

TAK! TAK! PLETAK! KLONTANG! BRUUUUGGG!!!

Untuk yang ke sekian kalinya, sepatu, popcorn, koper, kerikil, batu kali, pasir, kaleng kerupuk, kulit kacang, dan yang terakhir, kursi penumpang, mampir ke pitak Bastian.

THE END

“Melangkah mengenggam harapan… senyum manis ku persembahkan… demi menggapai indah impian… bukan hanya di angan… disini tempat berbagi ceria… idola cilik… idola semua idola… mari warnai dunia… kau dan aku bersama… idola cilik… idola semua idola… mari warnai dunia… kau dan aku bersama… do re mi… re mi fa… mi fa sol… fa sol la si do… do… re… mi… berikan yang terbaik untuk semua…”

(Thx buat Rahmi yang bersedia Jangan Pernah Berhenti-nya aku cantumin di sini. Lagu itu adalah lagu terfavoritku kedua setelah Kepompong di album ICIL 2… Thx buat 4 besar ICIL 2 atas JUARA SEJATI yang ikut andil disini. Lagu ini jadi terfavoritku ketiga setelah KEPOMPONG dan JANGAN PERNAH BERHENTI. Thx buat themesong IDOLA CILIK. Thx buat C~Luvers dan Oiklovers!!! Sampe berjumpa lagi di IDOLA CILIK 3!!! Penulis mau belajar buat SPMB dulu aahhh...).

writer by: adis C~LUVers

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home